25 September 2009
PELABUHAN ASMARA Di DESA BRINGSANG
Kilauan bercahaya bersinar menyinari kelopak mata hatiku
embun menetes setitik demi setitik membentuk air kehidupan jiwaku
kutebar asa dan rasa tuk mendapatkan segala harapan kehidupan abadi
Namun masih adakah sahabat sejati yang akan mengarahkan bidukku ke daerah harapan semesta
karena di zaman yang penuh tipu daya ini tak dapat ku raba dan kurasa perbedaan antara sahabat dan kenalan
Terkadang ada sebongkah rasa di dalam elegi bathinku untuk mengarungi lautan asmara cinta para brahmana.
Ingin rasanya kuselami dalamnya samudera rasa dan kuambil segenggam mutiara tak berwarna
Deburan ombak bagaikan nafas amarah yang melebur pasir pasir asmara yang membara
Dadaku sesak serasa terhimpit kehendak yang tak terkendali oleh kegelapan jalanku.
Kilauan bercahaya bersinar menyinari kelopak mata hatiku
embun menetes setitik demi setitik membentuk air kehidupan jiwaku
kutebar asa dan rasa tuk mendapatkan segala harapan kehidupan abadi
Namun masih adakah sahabat sejati yang akan mengarahkan bidukku ke daerah harapan semesta
karena di zaman yang penuh tipu daya ini tak dapat ku raba dan kurasa perbedaan antara sahabat dan kenalan
Terkadang ada sebongkah rasa di dalam elegi bathinku untuk mengarungi lautan asmara cinta para brahmana.
Ingin rasanya kuselami dalamnya samudera rasa dan kuambil segenggam mutiara tak berwarna
Deburan ombak bagaikan nafas amarah yang melebur pasir pasir asmara yang membara
Dadaku sesak serasa terhimpit kehendak yang tak terkendali oleh kegelapan jalanku.
Zainal Giligenting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar